WELCOME TO MY BLOG

Sabtu, 02 April 2011

FISIOTERAPI NAFAS

Fisioterapi nafas adalah : Suatu usaha untuk mengeluarkan secret dari dalam paru – paru atau trachea untuk mempertahankan fungsi otot – otot pernafasa.


Tujuan :
1. Untuk mempertahankan, memeperbaiki dan mencapai keefektifan dari seluruh bagan paru – paru, termasuk relaksasi otot – otot penafasan.
2. Untuk mencegah kolaps dari pada bagian paru – paru yang disesabkan oleh terhambatnya sekresi secret.
3. Menghindari terjadinya broncho pneumonia dan komplikasi lainnya.


Indikasi :
1. PPOM
 Asthma
 Bronchitis Kronis
 Emphysema
2. Pasca operasi Thoraks, system kardiovaskulair
3. Berbaring lama
4. Neuromuskulair dengan reflek batuk menurun
5. Klien yang terganggu alat ventilasi

Kontra Indikasi
1. Kelaianan faal hemastasis
2. Klien dengan tekanan intra cranial meningkat
3. Pre operasi carcinoma paru
4. Hemoptoe

Macam – macam fisioterapi nafas
1. Latihan pernafasan (Breathing Excersice)
2. Menepuk – nepuk dada (Clapping)
3. Pre operasi carsinome paru
4. Hemoptoe

Persiapan klien dan alat
1. Klien dibeitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien sesuai dengan daerah mana yang akan dilakukan fisioterapi nafas
3. Stetoscope
4. Bantal
5. Handuk
6. Bedak talk


A. Latihan pernafasan (Breathing Exersice)
Tujuan :
Membantu melancarkan pengeluaran secret dan merangsang terjadinya batuk serta mendapatkan pengembangan yang maksimal dari pada bagian paru – paru yang terkena penyakit.

Batuk Latihan :
 Pernafasan diafragma
Melatih klien bagaimana caranya bernafas dalam, dengan menggunakan diafragma. Caranya
a. Klien disuruh menarik nafas lewat hidung, kemudian disuruh menghembuskan nafas lewat mulut secara pelan – pelan.
b. Klien disuruh bernafas dalam seperti pada point “a” dengan frekwensi 5 – 20 kali tarikan / hembusan nafas, lalu dibatukkan.
c. Latihan nafs dilakukan setiap 1 – 2 jam.

 Batuk
Tujuan dari latihan batuk untuk mengeluarkan benda asing dai dalam saluran pernafasan secara efisien termasuk mengeluarkan secret dari traktus respiratorius. Pada batuk yang produktif, pengeluaran dari mucus dan debu – debu yang lain dari batang tracheal yang harus dikeluarkan. Kadang – kadang sangat penting untuk menghindari ketahanan untuk klien yang sesak nafas kronis dan yang memerlukan tenaga lebih banyak untuk bernafas. Faktor – faktor yang menunjang terjadinya batuk yang adekwat adalah :
 Susunan saraf pusat yang intake
 Kemampuan menarik nafas dalam dan menghembuskan keluar dengan cepat (minimal 2x minute volume)
 Fungsi glottis yang normal
 Kekuatan otot dinding depan abdomen yang cukup

B. Menepuk – nepuk dada (Clapping)
Tujuan :
Untuk membantu mendorong dalam mengeluarkan secret didalam paru - paru yang diharapkan dapat keluar secara gaya berat (Gravitasi). Teknik ini dilakukan dengan menepuk nepukkan tangan dalam posisi tertelungkup.

Catanya :
a. Menepuk – nepuk pada dinding thorak klien (± 30 menit satu kali fisioterapi nafas).
b. Penepukan dapat membuat secret terlepas, sehingga udara dapat mesuk ke paru – paru dan secret biasa keluar kearah bronchus dan trachea, lalu klien disuruh batuk.
c. Pada waktu penepukan perhatikanlah keadaan umum klien dan reaksi klien.
d.

C Menggetarkan (Vibrating)
Tujuan :
 Merangsang terjadinya batuk
 Membantu melancarkan pengeluaran secret

Caranya :
a. Klien disuruh bernafas diafgragma
b. Letakkan kedua tangan diatas dinding thorak pada waktu klien mengeluarkan nafas, kita lakukan tindakan menggetarkan tangan (vibrating)
c. Setelah dilakukan vibeasi sebanyak 3 – 4 kali, lalu klien disuruh batuk.

Perhatikan !
Tindakan ini adapt dilakukan dengan menggunakan alat vibrilator (memakai tenaga listrik).
Cegah terjadinya kerusakan tulang iga dan organ – organ didalamnya
Perhatikan klien jangan sampai kesakitan

D. Posisi Drainage
Tujuan :
a. Dengan posisi drainage , tidak akan terjadi penimbunan secret didalam paru – paru
b. Mencegah terhambatnya saluran bronchus, dengan demikian mencegah kolap dari paru – paru.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan
a. Perubahan posisi dapat menyebabkan turunnya tekanan darah pada klien – klien dengan hemodinamik yang belum stabil.
b. Penempatan posisi klien yang diperlukan hanya dilakukan sejauh tidak ada kontra indikasi dari penyakit dasarnya.
Misalnya : harus disesuaikan dengan prinsip perubahan posisi klien dengan trauma belakang dan trauma kepala.
c. Sebaiknya dilakukan sebelum waktu makan. (Jangan pada perut yang pebuh)

Dokumentasi :
Setelah selesai melakukan prosedur tindakan, untuk evaluasi perkembangan klien diperlukan pencatatan seperti dibawah ini :
 Suara nafas
 Frekwensi nafas
 Batuknya efektif / tidak
 Jumlah pruksi sputum
 Warnanya (kuning, kuning hijau, merah, jernih)
 Konsentrasi (kental, encer)
 Reaksi klien selama dilakukan tindakan

LP Fraktur Cruris

I. Konsep Medis
A. PENGERTIAN
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

B. KLASIFIKASI FRAKTUR
a. Fraktur komplet: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.
C. ETIOLOGI
a. Trauma
b. Gerakan pintir mendadak
c. Kontraksi otot ekstem
d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan analisa darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

F. PENATALAKSANAAN
a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
b. Imobilisasi fraktur: Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
• Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
• Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
• Status neurovaskuler (misal: peredaran darah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
• Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah
G. KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

II. Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian primer
• Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
• Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
• Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut


2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat: Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
b. Keterbatasan mobilitas
c. Sirkulasi
o Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
o Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
o Tachikardi
o Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
o Cafilary refil melambat
o Pucat pada bagian yang terkena
o Masa hematoma pada sisi cedera
d. Neurosensori
o Kesemutan
o Deformitas, krepitasi, pemendekan
o Kelemahan
e. Kenyamanan
o Nyeri tiba-tiba saat cidera
o spasme/ kram otot
f. Keamanan
o laserasi kulit
o perdarahan
o perubahan warna
o pembengkakan local

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil:
1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
2) Mempertahankan posisi fungsinal
3) Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit
4) Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
1) Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
2) Tinggikan ekstrimitas yang sakit
3) Instruksikan klien/bantu dalam latian rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit
4) Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit diatas dan dibawah fraktur ketika bergerak
5) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
6) Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan ADL dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan
7) Awasi tekanan darah, nadi dengan melakukan aktivitas
8) Ubah posisi secara periodik
9) Kolabirasi fisioterapi/okupasi terapi

2. Nyeri b.d spasme otot , pergeseran fragmen tulang
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
1) Klien menyatakan nyei berkurang
2) Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
3) Tekanan darah normal
4) Tidak ada peningkatan nadi dan RR


Intervensi:
1) Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri
2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
3) Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
4) Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
5) Jelaskan prosedur sebelum memulai
6) Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif
7) Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relaksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
8) Observasi tanda-tanda vital
9) Kolaborasi : pemberian analgetik

3. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
1) Penyembuhan luka sesuai waktu
2) Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi:
1) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainage
2) Monitor suhu tubuh
3) Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
4) Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
5) Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
6) Masage kulit sekitar akhir gips dengan alcohol
7) Gunakan tempat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
8) Kolaborasi pemberian antibiotik.

4. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan primer; kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan
Tujuan : tidak terjadi infeksi pada luka
Kriteria hasil:
1) Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu
2) Bebas drainase purulen, eritem dan demam
Intervensi:
1) Inspeksi kulit untuk adanya iritasi
2) Perhatikan keluhan klien terhadap keluhan peningkatan nyeri, rasa terbakar, eritema atau bau tak sedap
3) Observasi luka terhadap pembentukan bula, perubahan warna luka, bau drainase yang tidak sedap
4) Lakukan perawatan luka sesuai protocol dengan tehnik steril
5) Berikan therapy obat-obatan sesuai indikasi; anti biotic, TT dll.







DAFTAR PUSTAKA

Donges, M.E. (1993). Rencana asuhan keperawatan, edisi 3, Jakarta. EGC.

Price S. A. (1994), Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. jilid 2 . edisi 4. Jakarta. EGC

Smeltzer, S. C (1997). Buku ajar medikal bedah, brunner & suddart. edisi 8. vol 3. Jakarta. EGC

Tucker,S. M. (1993). Standar perawatan pasien, edisi v, vol 3. Jakarta. EGC

LP Penyakit Jantung Koroner

1.KONSEP MEDIS
A.DEFENISI
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner.
Ketidakmampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan oleh penyumbatan atheroma (plak).

B.ETIOLOGI
•Atheroma a. coronaria ( paling banyak )
•Stenosis muara a. coronaria ( syphilis )
•Polyarteritis nodosa
•Emboli a. coronaria
•Spasme a. coronaria
•Hipertensi pulmonal
•Hipertensi arterial
•AS, MS, PS
•Cardio miopati hipertropik

C.FACTOR RESIKO
a.FRK yang tidak dapat dicegah :
Umur, Gender : pria > wanita pre-menopause, Riwayat keluarga menderita serangan jantung dini
b.FRK yang dapat dicegah :
•Mayor : Dislipidemia, Merokok, Kegemukan, Hipertensi Diabetes mellitus
•Minor : Stress, Sedentary living, Hiperurikemia, Kelainan iskemi (EKG), Cuaca dingin, Tipe kepribadian A, Aktivitas fisik ¯, Pil konstrasepsi, Kopi, Alkohol, dll

D.PATOFISIOLOGI
Adanya thrombosis arteria koronaria yang menyebabkan terjadinya penyumbatan. Dalam 20 s/d 30 menit pasca oklusi arteri koronaria akan menyebabkan nekrosis jaringan jantung, ditunjang dengan terjadinya peningkatan tekanan intramural sehingga menyebabkan aliran darah yang masuk semakin terganggu. Umumnya terjadi di daerah regiio subendokardium. Setelah 3 s/d 6 jsm maka infark telah mencapai ukuran penuh.

E.MANIFESTASI KLINIK
o Nyeri dada susternum yang parah, terasa seperti menekan, menyebar ke leher, rahang, epigastrium, bahu / lengan kiri.
o Biasanya didahului dengan serangan angina pectoris
o Nadi cepat dan lemah
o Diaphoresis
o Kadang timbul sesak akibat gangguan kontraktilitas miokardium yang iskemik
o Pada MI massif yang mengenai 40% ventrikel kiri bisa timbul syok kardiogenik

F. KOMPLIKASI
 Aritmia jantung (75 – 95 %)
 Gagal ventrikel kiri disertai edma paru (60 %)
 Syok kardiogenik (10 %)
 Rupture dinding, septum / otot papilaris (4-8 %)
 Tromboembolus (15-49 %)
 Kematian mendadak (25 %)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Gambaran EKG menunjukan perubahan gelombang Q, kelainan segmen ST, inverse gelombang T.
 Evaluasi laboratorium menunjukan peningkatan CK yang setelah 3-4 jam MI dan memuncak pada 24 jam dan kembali normal setelah 72 jam, peningkatan kadar Troponin sampai 4-7 hari.
 Foto Toraks à kalsifikasi koroner, gagal jantung
 Ekokardiografi
 Angiografi koroner

H. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Umum
 Istirahat total (bed rest)
 Sebaiknya di rawat di ICCU
 Oksigen
 Obat Penenang (tranquilizer dll)
 Morfin atau Petidin bila nyeri sekali
2. Farmakologis / Medikamentosa
a. Obat Anti Iskemia: Nitrat, Penyekat Beta, Antagonis Kalsium.
b. Obat Anti Agregasi Trombosit: Aspirin, Tiklopidin, Klopidogrel, Glikoprotein IIb/IIIa Inhibitor.
c. Obat Anti Trombus: Streptokinase, Heparin

3. Non-Farmakologis
 Perubahan gaya hidup (life-style)
 Berhenti merokok
 Penurunan BB
 Olahraga teratur
 Penyesuaian diet, dll

4. Revaskularisasi
 PTCA (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty): Balon atau Stent
 CABG (Coronary Artery Bypass Graft)


2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
 Keluhan Utama yang meliputi Nyeri Dada, Sulit Bernapas, Pingsan,
 Dasar data pengkajian pasien:
a. Aktifitas: kelemahan, kelelahan, tidak bias tidur. Ditandai dengan takikardi, dispneu pada saat istirahat.
b. Sirkulasi: riwayat MI sebelumnya, masalah TD, DM diatandai dengan TD dapat normal/meingkat, irama jantung normal/meningkat, pucat terutama pada mukosa dan bibir, KRT tidak teratur
c. Integritas ego: takut mati, perasaan ajal sudah dekat, kuatir tentang keluarga, kerja, keuangan. Ditandai dengan cemas, kontak kurang, gelisah, focus pada diri sendiri,
d. Neurosensori: pusing, berdenyut selama tidur/saat bangun, ditandai dengan kelemahan dan perubahan mental.
e. Nyeri: nyeri dada yang timbul mendadak, tidak hilang dengan istirahat/nitrogliserin. Berlokasi pada dada anterior, substernal, prekordia, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah, leher, abdomen, punggung. Sifatnya menetap, tertekan. Ditandai dengan meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, perubahan frekwensi/irama jantung, TD, pernafasan, kelembaban, kesadaran.
f. Pernafasan: batuk dengan/tanpa sputum, riwayat merokok ditandai dengan peningkatan frekwensi nafas, pucat/sianosis.
g. Interaksi social: stress kerja/keluarga, kesulitan koping dengan stressor yang ada ditandai kesulitan istirahat dengan tenang, takut, menarik diri.
h. Penyuluhan: riwayat keluarga dengan IM, diabetes, hipertensi, Stroke, penggunaan tembakau
i. Pemeriksaan diagnostic: EKG menunjukan ST elevasi, CKMB memuncak pada 24 jam dan menurun setelah 72 jam, peningkatan kadar Troponin sampai 4-7 hari.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut).
Dapat dihubungkan dengan: iskemik jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
2. Intoleransi aktifitas
Dapat dihubungkan dengan: ketidakseimbangan suplai O2 miokard dengan kebutuhan
3. Ansietas
Dapat dihubungkan dengan: perubahan status kesehatan, ancaman kehilangan/kematian.
4. Risiko penurunan curah jantung
Dapat dihubungkan dengan: perubahan frekwensi, irama, konduksi elektrikal, penurunan preload, peningkatan tahanan vaskuler sistemik (TVS).


5. Risiko perubahan perfusi jaringan
Dapat dihubungkan dengan: penurunan aliran darah (vasokontriksi, tromboemboli)
6. Risiko hipervolume cairan
Dapat dihubungkan dengan: penurunan perfusi ginjal, peningkatan Natrium/retensi air.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan
Dapat dihubungkan dengan: kurang informasi tentang implikasi penyakit jantung dan status kesehatan akan dating, kebutuhan perubahan pola hidup.

C. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d…………………………….
a) Pantau karakteristik nyeri, catat laporan verbal/nonverbal, respon hemodinamik
 Variasi penampilan dan perilaku merupaka indicator peningkatan nyeri. Peningkatan pernafasan, nadi dan TD merupakan indicator nyeri meningkat.
b) Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, menyerupai angina/nyeri IM. Diskusikan riwayat keluarga
 Pembanding dengan nyeri sekarang sesai dengan identifikasi penyebaran infark
c) Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
 Penundaan pelaporan menghambat peredaan nyeri sehingga dosis obat meningkat, kerusakan jaringan makin meningkat.
d) Ciptakan lingkungan yang tenang, aktifitas perlahan, tindakan nyaman
 Menurunkan rangsangan eksternal
e) Ajarkan dan bantu tehnik relaksasi seperti tehnik nafas dalam, distraksi dll
 Membantu dalam menurunkan persepsi/respon nyeri. Mengontrol situasi meningkatkan perilaku positif
f) Beri obat sesuai indikasi
 Kegunaan dan efek obat tergantung dari jenis obat yang diberikan.
2. Intoleransi aktifitas b/d…………………..
a) Tingkatkan istirahat baik di tempat tidur/kursi.
o Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen dan menurunkan factor risiko komplikasi (perluasan MI)
b) Batasi pengunjung yang dating membesuk
o Periode kunjungan yang tenang bersifat teraupetik
c) Anjurkan pasien menghindari penekanan abdomen (mengedan)
o Aktifitas yang menyebabkan penahanan nafas dan menunduk (manuver valsava) mengakibtakan bradikardi, penurunan curah jantung,peningkatan TD dan takikardi.
d) Kaji ulang tanda yang menunjukan intoleran terhadap aktifitas
o Palpitasi, nadi ireguler, adanya nyeri dada, mengindikasikan kebutuhan perubahan program olah raga/obat.
e) Rujuk ke program rehabilitasi jantung
o Memberikan dukungan/pengawasan tambahan. Partisipasi proses penyembuhan.
3. Ansietas b/d…………………….
a) Identifikasi persepsi klien tentang ancaman/situasi. Dorong ekspresikan.
o Pasien dapat takut mati/cemas terhadap lingkungan, efek penyakit terhadap keluarga
b) Catat adanya kegelisahan (afek tidak tepat/menolak)
o Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat /ekspresi marah, gelisah dengan peningkatan risiko MI.
c) Berikan informasi yang konsisten, ulangi sesuai indikasi
o Informasi yang tepat tentang situasi menurunkan ketakutan dan pengulangan informasi membantu penyimpanan informasi.
d) Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat
o Memungkinkan waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi.
e) Berikan anticemas
o Meningkatkan relaksasi dan menurunkan rasa cemas.

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth, (2001), Buku ajar keperawatan medical bedah vol. 2, EGC. Jakarta

Doengoes, M. (2007). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC. Jakarta.

Robbins et al, (2007). Buku ajar patologi, Edisi 7. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta

Sudoyo et al, (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi V, jilid II. Interna Publisihing. Jakarta.

Wilkinson, J. M. (2006). Buku ajar diagnosis keperawatan; dengan intervensi NIC dan criteria hasil NOC. EGC. Jakarta.

Diagnosa Keperawatan 2010

DAFTAR diagnosa keperawatan NANDA 2010-2011 FOKUS Yang disusun menurut keperawatan Divisi Doengoes Dibuat diagnosa / Moorhouse:

2009-2011 KEPERAWATAN diagnosis Terorganisasi MENURUT FOKUS KEPERAWATAN
DENGAN DOENGES DIVISI Moorhouse / DIAGNOSTIK

* = Baru diagnosis
+ = Revisi diagnosis


Aktifitas / Istirahat-Kemampuan untuk terlibat dalam diperlukan / kegiatan yang diinginkan kehidupan (kerja dan waktu luang) dan untuk memperoleh tidur yang cukup / istirahat
Intoleransi Aktivitas
Intoleransi aktivitas, risiko
* Kegiatan Perencanaan, tidak efektif
Sindrom tidak digunakan, risiko
Diversional Kegiatan, kekurangan
Kelelahan
Insomnia
Gaya Hidup, menetap
Mobilitas, tempat tidur terganggu
Mobilitas, kursi roda terganggu
Tidur, kesiapan untuk meningkatkan
Kurang Tidur
+ Tidur Pola, terganggu
Transfer Kemampuan, gangguan
Berjalan, gangguan

Sirkulasi-Kemampuan untuk mengangkut oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan seluler
Otonom dysreflexia
Otonom dysreflexia, risiko
* Pendarahan, risiko
Output jantung, penurunan
Intrakranial Kapasitas Adaptasi, menurun
* Perfusi, jaringan perifer tidak efektif
* Perfusi, risiko untuk jaringan jantung menurun
* Perfusi, risiko untuk jaringan serebral tidak efektif
* Perfusi, risiko untuk pencernaan tidak efektif
* Perfusi, risiko untuk ginjal tidak efektif
* Shock, risiko

INTEGRITAS EGO-Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan dan perilaku untuk mengintegrasikan dan mengelola pengalaman hidup
Kecemasan [tentukan tingkat]
Kecemasan, kematian
Perilaku, risiko kesehatan rawan
Body Image, terganggu
Konflik, putusan (sebutkan)
+ Mengatasi, defensif
Mengatasi, tidak efektif
Mengatasi, kesiapan untuk meningkatkan
Pengambilan Keputusan, kesiapan untuk meningkatkan
Penolakan, tidak efektif
Martabat, risiko untuk dikompromikan manusia
Distress, moral
Bidang energi, terganggu
Takut
Berduka
Berduka, rumit
Berduka, risiko rumit
Harapan, kesiapan untuk meningkatkan
Keadaan putus asa
+ Identitas, terganggu pribadi
Post-Trauma Syndrome
Post-Trauma Syndrome, risiko
Power, kesiapan untuk meningkatkan
Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan, risiko
Rape-Trauma Syndrome
[Rape-Trauma Syndrome: senyawa reaksi-pensiun 2009]
[Rape-Trauma Syndrome: reaksi diam-pensiun 2009]
* Hubungan, kesiapan untuk meningkatkan
Religiusitas, gangguan
Religiusitas, siap untuk meningkatkan
Religiusitas, risiko gangguan
Relokasi Stress Syndrome
Relokasi Stress Syndrome, risiko
* Ketahanan, gangguan individu
* Ketahanan, kesiapan untuk meningkatkan
* Ketahanan, risiko untuk dikompromikan
Konsep diri, kesiapan untuk meningkatkan
+ Self-Esteem, kronis rendah
Self-Esteem, rendah situasional
Self-Esteem, risiko rendah situasional
Sorrow, kronis
Distress Spiritual
Spiritual Distress, risiko
Spiritual Well-Being, kesiapan untuk meningkat

Eliminasi-Kemampuan untuk mengeluarkan produk-produk limbah
Inkontinensia usus
Sembelit
Sembelit, dirasakan
Sembelit, risiko
Diare
* Motilitas, disfungsional gastrointestinal
* Motilitas, risiko untuk pencernaan disfungsional
Penghapusan urin, gangguan
Penghapusan urin, kesiapan untuk meningkatkan
Inkontinensia urin, fungsional
Inkontinensia urin, overflow
Inkontinensia urin, refleks
Inkontinensia urin, risiko untuk mendorong
Inkontinensia urin, stres
[Kemih Inkontinensia, pensiunan total 2009]
Inkontinensia urin, mendesak
Retensi urin [akut / kronis]

MAKANAN / Cairan -Kemampuan untuk menjaga dan memanfaatkan asupan nutrisi dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
Menyusui, efektif
Menyusui, tidak efektif
Menyusui, menyela
Gigi, gangguan
* Ketidakseimbangan elektrolit, risiko
Kegagalan untuk berkembang, dewasa
Pola makan, bayi tidak efektif
Saldo cairan, kesiapan untuk meningkatkan
[Fluida Volume, kekurangan hiper / hipotonik]
Volume cairan, [isotonik] kekurangan
Volume cairan, kelebihan
Volume cairan, risiko kekurangan
+ Fluida Volume, risiko untuk seimbang
Glukosa, risiko untuk darah tidak stabil
+ Hati Fungsi, risiko gangguan
Mual
Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakseimbangan
Gizi: lebih dari kebutuhan tubuh, ketidakseimbangan
Nutrisi: risiko untuk lebih dari kebutuhan tubuh, ketidakseimbangan
Nutrisi, kesiapan untuk meningkatkan
Membran mukosa oral, gangguan
Menelan, gangguan

HIGIENE-Kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
Self-Care, kesiapan untuk meningkatkan
Self-Care Defisit, mandi
Self-Care Defisit, dressing
Self-Care Defisit, makan
Self-Care Defisit, toileting
* Abaikan, diri

Neurosensorik-Kemampuan untuk memahami, mengintegrasikan, dan merespon isyarat internal dan eksternal
Kebingungan, akut
Kebingungan, risiko akut
Kebingungan, kronis
Perilaku Bayi, berantakan
Perilaku Bayi, kesiapan untuk meningkatkan terorganisir
Perilaku Bayi, risiko untuk tidak teratur
Memori, gangguan
Abaikan, sepihak
Peripheral neurovaskular Disfungsi, risiko
Sensory Persepsi, terganggu (sebutkan: visual, auditori, kinestetik, gustatory, sentuhan, penciuman)
Stress Overload
[Pemikiran Proses, pensiunan terganggu-2009]

NYERI / ketidaknyamanan-Kemampuan untuk pengendalian internal / lingkungan eksternal untuk menjaga kenyamanan
* Comfort, gangguan
Comfort, kesiapan untuk meningkatkan
Nyeri, akut
Sakit, kronis

PERNAFASAN-Kemampuan untuk menyediakan dan menggunakan oksigen untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
Airway Clearance, tidak efektif
Aspirasi, risiko
Pola pernapasan, tidak efektif
Gas Pertukaran, gangguan
Ventilasi, gangguan spontan
Ventilasi Menyapih Respon, disfungsional

KESELAMATAN-Kemampuan untuk menyediakan yang aman, lingkungan mendorong pertumbuhan
Respon alergi, lateks
Respon alergi, risiko untuk lateks
Suhu tubuh, risiko untuk seimbang
Kontaminasi
Kontaminasi, risiko
Sindrom Kematian, risiko untuk bayi mendadak
Interpretasi lingkungan Sindrom, gangguan
Falls, risiko
Pemeliharaan Kesehatan, tidak efektif
Home Pemeliharaan, gangguan
Hipertermia
Hipotermia
Status Imunisasi, kesiapan untuk meningkatkan
Infeksi, resiko
Cedera, risiko
Cedera, risiko untuk penentuan posisi perioperatif
* Penyakit kuning, neonatus
* Ibu / janin angka dua, risiko untuk terganggu
Mobilitas, gangguan fisik
Keracunan, risiko
Perlindungan, tidak efektif
Self-Mutilation
Self-Mutilation, risiko
Integritas kulit, gangguan
Integritas kulit, risiko gangguan
Mati lemas, risiko
Bunuh diri, risiko
Bedah Pemulihan, tertunda
Termoregulasi, tidak efektif
Tissue Integritas, gangguan
Trauma, risiko
* Trauma, risiko vaskular
Kekerasan, [sebenarnya /] risiko lainnya yang diarahkan
Kekerasan, [sebenarnya /] risiko untuk mandiri
Berkelana [menentukan sporadis atau terus-menerus]

SEKSUALITAS-[Komponen Ego Integritas dan Interaksi Sosial] Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan / karakteristik pria / peran perempuan
* Proses Melahirkan anak, kesiapan untuk meningkatkan
Disfungsi Seksual
Seksualitas Pola, tidak efektif

INTERAKSI SOSIAL-Kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan
Lampiran, risiko gangguan
Peran pengasuh Strain
Peran pengasuh Strain, risiko
Komunikasi, gangguan verbal
Komunikasi, kesiapan untuk meningkatkan
Konflik, peran orang tua
Mengatasi, masyarakat tidak efektif
Mengatasi, kesiapan bagi masyarakat ditingkatkan
Mengatasi, dikompromikan keluarga
Mengatasi, keluarga dinonaktifkan
Mengatasi, kesiapan untuk keluarga ditingkatkan
Proses keluarga, disfungsional
Proses keluarga, terganggu
Proses keluarga, kesiapan untuk meningkatkan
Kesepian, risiko
Parenting, gangguan
Parenting, kesiapan untuk meningkatkan
Parenting, risiko gangguan
Peran Kinerja, tidak efektif
Interaksi Sosial, gangguan
Isolasi Sosial

MENGAJAR / BELAJAR-Kemampuan untuk menggabungkan dan menggunakan informasi untuk mencapai gaya hidup sehat / kesehatan yang optimal
Pembangunan, risiko untuk tertunda
Pertumbuhan, risiko untuk tidak proporsional
Pertumbuhan dan Pembangunan, tertunda
+ Kesehatan Perilaku, risiko rawan
+ Kesehatan Manajemen, tidak efektif diri
Pengetahuan, kekurangan (sebutkan)
Pengetahuan (sebutkan), kesiapan untuk meningkatkan
Ketidakpatuhan [Kepatuhan, tidak efektif] [sebutkan]
[Terapi Manajemen rejimen, efektif-pensiun 2009]
Manajemen rejimen terapeutik, tidak efektif
[Terapi Manajemen rejimen, tidak efektif komunitas-pensiun 2009]
Manajemen rejimen terapeutik, keluarga tidak efektif
Manajemen rejimen terapeutik, kesiapan untuk meningkatkan

* = Baru diagnosis
+ = Revisi diagnosis

Sumber: keperawatan.net

Syahadatan

Anda Adalah Pengunjung Ke :

Menurut kamu...Apakah Perawat semuanya harus menguasai IT dan Bahasa Asing ( Bhs. inggris )

kompetisi Blog IT Ners

ITNCBC 2010







[
]

Terima Kasih






Template by - Usman ohorella - 2010 - layout4all