A. ANEMIA
Anemia merupakan penyakit yang berkaitan dengan suatu penurunan kadar haemoglobin kadar sirkulasi. Anemia dapat timbul sebagai akibat kehilangan darah, kerusakan eritrosit yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Zat besi merupakan unsure yang diperlukan dalam pembentukan haemoglobin, karena defisiensi zat besi akan mempengaruhi jumlah haemoglobin dalam tubuh.
Etiologi
Menurut patogenesisnya anemia defisiensi besi di bagi menjadi :
1. Masukan kurang : MEP, defisiensi diet relatif yang disertai pertumbuhan yang cepat
2. Absorbsi kurang : MEP, diare kronik, sindrom malabsorbsi lainnya
3. Sintesis kurang : tranferin kurang (hipotransferinemia congenital)
4. Kebutuhan yang bertambah : infeksi, pertumbuhan yang cepat
Patofisiologi
Anemia defisiensi zat besi paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI belum usia 1 tahun, dan minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal yang berlebihan, atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi, juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi (sebelum berusia 6 bln) berisiko tinggi mengalami anemia defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik. Pada bayi, hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Defisiensi zat besi dapat juga terjadi pada remaja putri, disebabkan karena menstruasi yang berlebihan.
Insidens
1. 3% - 24% bayi berusia 6 bulan menderita anemia defisiensi zat besi
2. 29% - 68% bayi berusia 6-24 bulan mengalami defisiensi zat besi
3. Insidensi defisiensi zat besi dan anemia defisiensi zat besi pada remaja putri adalah 11%-17%
4. Puncak insidens anemia defisiensi zat besi adalah antara 12-18 bulan
Komplikasi
1. Perkembangan otak buruk
2. Daya konsentrasi menurun
3. Hasil uji perkembangan menurun
4. Kemampuan mengolah informasi menurun
Manifestasi Klinik
1. Konjungtiva pucat (Hb 6 – 10 g/dl)
2. Telaapak tangan pucat (Hb dibawah 8 g/dl)
3. Iritabilitas dan anoreksia (Hb 5 g/dl atau lebih rendah)
4. Takhikardi, murmur sistolik
5. Lethargi, kebutuhan tidur meningkat
6. Kehilangan minat terhadap mainan atau aktivitas bermain
Uji Laboratorium dan Diagnostik
1. Kadar porfirin eritrosit bebas meningkat
2. Konsentrasi besi serum menurun
3. Saturasi transferin menurun
4. Haemoglobin menurun
5. MCV dan MCHC menurun
6. Rasio Hb – porfirin eritrosit – lebih dari 2,8µg/g adalah diagnostic untuk defisiensi zat besi
7. Selama pengobatan,jumlah retikulosit meningkat 3-5 hari sesudah dimulainya terapi zat besi
8. Dengan pengobatan, Hb kembali normal dalam 4-8 minggu mengindikasikan tambahan besi dan nutrisi yang adekuat
Penatalaksanaan Medis
Zat besi diberikan per oral (PO) dalam dosis 2-3 mg per kg unsur besi ( ferosulfat, ferofumarat, ferosuksinat, feroglukonat ). Vitamin C harus diberikan bersama zat besi (vitamin C untuk meningkatkan absorbsi besi).
Pengkajian Keperawatan
1. Kaji reaksi anak terhadap therapy besi
2. Kaji tingkat aktivitas anak
3. Kaji tingkat perkembangan anak
Diagnosa Keperawatan
1. Intolerans aktivitas
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Keletihan
4. Risiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan
Intevensi Keperawatan
1. Pantau efek terapeutik dan efek yang tidak diinginkan terhadap terapi zat besi pada anak
2. Ajarkan pada orang tua tentang asupan nutrisi yang adekuat
3. Dapatkan informasi tentang riwayat diet dan perilaku makan
4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya, karena zat besi dari ASI mudah untuk diserap
Hasil yang diharapkan
1. Warna kulit akan membaik
2. Pola tumbuh akan baik
3. Tingkat aktivitas anak sesuai dengan usianya
4.Orang tua menunjukkan pemahamannya terhadap aturan pengobatan dirumah (pemberian obat, makanan kaya zat besi yang sesuai)
B. LEUKIMIA
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang immatur dalam jaringan pembentuk darah.
Etiologi
Penyebab belum pasti diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
Ø Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen T cell leukemia-lymphoma virus/ HTLV
Ø Radiasi
Ø Obat – obat imunosupresif, obat-obat karsinogenik
Ø Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
Patofisiologi
Leukimia diduga mulai sebagai suatu proliferasi local dari sel neoplastik, timbul dalam sum-sum tulang dan limfe nudoli atau dalam lien, hepar dan tymus. Sel neoplastik ini kemudian disebarkan melalui aliran darah untul kemudian tersangkut dalam jaringan pembentuk darah dimana mereka melanjutkan aktivitas proliferatif, menginfiltrasi banyak jaringan tubuh, misalnya tulang dan ginjal. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga menimbulkan anemia dan tromboitopenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organsistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
Insidens
ALL (Akut Lymphoid, Lymphocitic Leukimia)
1. Insidensi paling tinggi terjadi pada anak yang berusia antara 3-5 tahun
2. Leukimia adalah jenis kanker yang paling umum terjadi; ALL bertanggung jawab untuk 80% kasus leukemia pada anak
3. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki.
ANLL (Akut Non Lymphoid Leukimia)
1. ANLL mencakup 15%-25% kasus leukemia pada anak.
2. Tidak ada usia insidens puncak
3. 50% anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan.
4. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti down sindrom
5. Remisinya lebih singkat daripada anak – anak dengan ALL
Manifestasi klinik
Ø Pilek tidak sembuh-sembuh
Ø Pucat, lesu, mudah terstimulasi
Ø Demam dan anoreksia
Ø Berat badan menurun
Ø Petechie, memar tanpa sebab
Ø Nyeri abdomen, nyeri pada tulang dan sendi
Ø Lymphedenophaty
Ø Abnormal WBC
Komplikasi
Sepsis, Perdarahan, Gagal organ, Iron deficiency anemia (IDA) dan kematian.
Uji Laboratorium dan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi: terdapat leukosit imatur
2. Aspirasi sum –sum tulang (BMP) : hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda
3. Biopsi sum-sum tulang
4. Lumbal punksi
Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan Kemoterapi
2. Irradiasi kranial
Pengkajian Keperawatan
Bersambung....................
0 comments:
Posting Komentar